Blogger Layouts

Minggu, 17 Juli 2011

JANGAN UKUR PANJANG KERUDUNG KAMI

Kerudung bagi seorang akhwat itu sesuatu yang berharga sekali, karena dengan kerudung kita menutupi anggota tubuh kita yang berharga (aurat). Dalam ilmu fiqih ada beberapa hal yang sudah pasti kita harus penuhi, tidak bisa dikompromikan:
1. Menutupi semua anggota tubuh kecuali muka dan telapak tangan (juga sebagian pendapat ada yang berkata kaki masih diperbolehkan, namun sebagian besar ulama berkata harus ditutupi juga)
2. Tidak membentuk tubuh (panggul dan dada tidak terbentuk)
3. Tidak transparan (ini berlaku untuk kerudung juga, jangan sampai rambutnya masih bisa diterawang karena model kerudung sekrang kebanyakan tipis2, dan kerudung yang seperti ini lebih banyak disukai)
4. tidak menyerupai laki-laki
5. kerudung diulurkan menutupi dada

hmm, tentu masih banyak perbedaan pendapat. Tapi saya pikir 5 hal di atas sudah merupakan kode etik umum untuk kami para jilbabers.

Nah, realitanya di lapangan tentu banyak variasi dalam hal memakai kerudung, dari segi tipe warna, panjang sampai model.

Untuk panjang saya sampai saat ini belum menemukan panjang minimal harus sekian-sekian sekian. Tapi sepertinya (sepertinya ya) panjang kerudung bagi beberapa akhwat salah satunya ditentukan definisi 'dada', seperti yang dipraktekkan dalam sholat ketika meletakkan tangan di atas dada.

Daripada itu, ada alasan-alasan psikologis mengapa ukuran kerudung akhwat bervariasi.

Mereka yang tak mau dianggap 'lebih sholeh'
ada beberapa asumsi yang berkata bila kerudung terlalu panjang, akan di-cap akhwat sholehah yang bisa jadi untuk beberapa orang sangat mengganggu. Paradigma yang berkembang sekarang, menjadi seorang akhwat akan membatasi pergaulan (khususnya karena kerudungnya), tak bisa akrab dengan laki-laki, dsb. Atau bisa jadi jengah karena pasti dituntut untuk perfect. Untuk beberapa perempuan yang belum siap dengan itu, rata-rata lebih memilih panjang kerudung yang memang sesuai dengan rata-rata temannya pakai. Simbol, menjadi salah satu hal yang harus diikuti seseorang untuk diterima di lingkungannya, dalam hal ini kerudung.

Mereka yang panjang kerudungnya seperti kerekan bendera (naik-turun)
Panjang kerudungnya tidak istiqomah. Satu hari sangat panjang sampai siku, lain hari dinaikkan sampai ke pundak
(tidak konsisten)

Mereka yang tidak terlalu mementingkan panjang kerudung
Selama sesuai syariat yang dia yakini, its oke. Tak masalah ketika harus berbeda dengan teman-temannya. Dalam hal sosial, mereka lebih memperhatikan teladan-teladan lain seperti dalam akhlak dan profesionalitas kerja.

Mereka yang menyesuaikan dengan bentuk tubuh
Ada kecenderungan beberapa akhwat menggunakan ukuran kerudung mereka untuk mengkamuflase bentuk tubuh, seperti misal bila terlalu kurus, dipanjangkan biar ga terlalu kelihatan, atau sebaliknya, untuk menutupi badan yang cukup besar.

Dan golongan-golongan akhwat lainnya (ini saya ngaco banget kayanya bikin klasifikasi akhwat berdasarkan panjang kerudung.haha). Namun akhirnya, salah satu hal yang juga menentukan panjang kerudung seorang akhwat adalah: nyaman atau tidak. Ada yang nyaman dengan panjang kerudung sampai sesiku, ada yang nyaman dengan panjang kerudumg sampai pundak saja, atau setengah lengan atas. kerudung, selain dipengaruhi oleh keyakinan fiqh masing-masing juga ibarat mode. Untuk sebagian orang bisa jadi cocok untuk orang lain bisa jadi tidak.

Tapi yang ingin saya tekankan di sini adalah, kerudung memang menjadi identitas kami. Tapi tolong jangan ukur panjang kerudung kami untuk mengukur kadar iman kami. Jangan bilang bahwa kerudung yang lebih panjang berarti lebih beriman, kerudung yang lebih pendek berarti kurang beriman. Karena memang nyatanya kadar iman seseorang tak bisa ditentukan dari panjang kerudungnya
....
MATUR SUWUUUUUUN : )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar